Para pemeluk agama Syi'ah meyakini bahwasanya mereka-lah sebersih-bersihnya makhluq sebagaimana keyakinan mereka bahwa seluruh manusia adalah anak pelacur kecuali mereka. Dan sebagaimana pula karena mereka meyakini bahwasanya mereka tercipta dari tanah yang berbeda, sedangkan makhluq selain mereka diciptakan dari tanah yang busuk. Lalu terjadilah pengadukan kedua tanah tadi dengan cara tertentu. Inilah yang dinamakan aqidah thinah pada agama mereka.
Dari aqidah yang demikian, mereka meyakini pula bahwasanya jika terjadi kemaksiatan dari diri mereka, maka itu dikarenakan pengaruh tanah Ahlus Sunnah, juga jika ada kebaikan yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah maka itu dikarenakan pengaruh tanah Syi'ah. Keyakinan ini sekalipun benar namun menimbulkan ketakutan dari kalangan ulama mereka sehingga menjadi aqidah yang amat dirahasiakan, karena dicemaskan bila orang-orang awam Syi'ah mengetahuinya maka mereka akan berbuat sekehendak hati mereka dalam bermaksiat. Mengapa? Sebab dari aqidah yang demikian terdapat pula keyakinan agama mereka bahwasanya kelak di hari kiamat seluruh dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepada orang-orang selain mereka khususnya Ahlus Sunnah, dan seluruh kebaikan-kebaikan dari orang-orang selain mereka akan menjadi milik mereka.
Awalnya aqidah ini ditolak oleh ulama Syi'ah terdahulu seperti Al-Murtadha dan Ibn Idris karena menurut mereka hal tersebut merupakan Hadits Ahad. Namun seiring berjalannya waktu, riwayat mengenai hal itu semakin banyak. Kemudian yang tampak mengibarkan aqidah ini adalah dedengkot mereka yakni Al-Kulaini yang menulis sebuah bab tersendiri dalam kitabnya: ”Bab: Thinatul Mukmin wal Kafir” yang terangkum di dalamnya tujuh hadits. Kemudian hadits tentang ini semakin banyak sepeninggal Kulaini, hingga dedengkot Al-Majlisi dalam Biharul Anwar mengutip 67 hadits tentang thinah dalam bab yang berjudul “Bab: Ath-Thinah Wal-Mitsaq”.
Penjelasan terlengkap mengenai aqidah ini ada dalam kitab “Ilal Asy-Syarai’” karangan Ibnu Babawaih Al-Qummi yang memuat dalam kitabnya sebanyak 5 halaman sekaligus menjadikannya sebagai bahasan penutup kitabnya. Dan dari ulama-ulama syiah yang hidup pada saat ini memuji penjelasan Ibnu Babawaih dan menyebutnya sebagai penutup yang baik bagi kitabnya.
Semakin banyak dan semakin banyak, hingga dedengkot N. Al-Jazairy pun menegaskan kebenaran aqidah thinah dalam agama Syi'ah dengan pernyataannya sbb:
إنّ أصحابنا قد رووا هذه الأخبار بالأسانيد المتكثّرة في الأصول وغيرها، فلم يبق مجال في إنكارها، والحكم عليها بأنّها أخبار آحاد، بل صارت أخبارًا مستفيضة، بل متواترة
Sesungguhnya ulama-ulama kami telah meriwayatkan khabar-khabar ini dengan sanad-sanad yang sangat BANYAK. Maka tidak ada lagi alasan untuk mengingkarinya dan tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa status riwayatnya adalah ahad, akan tetapi sudah menjadi khabar MUSTAFIDH BAHKAN MUTAWATIR!!! [Al-Anwar An-Nu'maniyyah 1/212]
- Al-Jaza’iri mengatakan demikian ini sebagai bantahan terhadap mereka yang menolak mempercayai aqidah thinah.
Here The Scan :
Telah kita ketahui pandangan aqidah thinah pada awal pemaparan di atas, dan berikut ini diantara riwayat-riwayat mereka berkenaan aqidah thinah, Bihar Al-Anwar 5/247-248 :
ياإسحاق ليس تدرون من أين أوتيتم ؟ قلت : لا والله ، جعلت فداك إلا أن تخبرني ، فقال : ياإسحاق إن الله عزوجل لما كان متفردا بالوحدانية ابتدأ الاشياء لا من شئ ، فأجرى الماء العذب على أرض طيبة طاهرة سبعة أيام مع لياليها ، ثم نضب الماء عنها فقبض قبضة من صفاوة ذلك الطين ، وهي طينتنا أهل البيت ، ثم قبض قبضة من أسفل ذلك الطينة ، وهي طينة شيعتنا ، ثم اصطفانا لنفسه ، فلو أن طينة شيعتنا تركت كما تركت طينتنا لما زنى أحد منهم ، ولا سرق ، ولا لاط ، ولا شرب المسكر ، ولا اكتسب شيئا مما ذكرت ، ولكن الله عزوجل أجرى الماء المالح على أرض ملعونة سبعة أيام وليالها ، ثم نضب الماء عنها ; ثم قبض قبضة ، وهي طينة ملعونة من حمأ مسنون ، ( 2 ) وهي طينة خبال ، ( 3 ) وهي طينة أعدائنا ، فلو أن الله عزوجل ترك طينتهم كما أخذها لم تروهم في خلق الآدميين ، ولم يقروا بالشهادتين ، ولم يصوموا ، ولم يصلوا ، ولم يزكوا ، ولم يحجوا البيت ، ولم تروا أحدا منهم بحسن خلق ، ولكن الله تبارك وتعالى جمع الطينتين طينتكم وطينتهم فخلطهما وعركهما عرك الاديم ، ومزجهما بالمائين فما رأيت من أخيك من شر لفظ أو زنا ، أو شئ مما ذكرت من شرب مسكر أو غيره ، فليس من جوهريته ولا من إيمانه ، إنما هو بمسحة الناصب اجترح هذه السيئات التي ذكرت ; وما رأيت من الناصب من حسن وجه وحسن خلق ، أو صوم ، أو صلاة أو حج بيت ، أو صدقة ، أو معروف فليس من جوهريته ، إنما تلك الافاعيل من مسحة الايمان اكتسبها وهو اكتساب مسحة الايمان . قلت : جعلت فداك فإذا كان يوم القيامة فمه ؟ ( 4 ) قال لي : يا إسحاق أيجمع الله الخير والشر في موضع واحد ؟ إذا كان يوم القيامة نزع الله عزوجل مسحة الايمان منهم فردها إلى شيعتنا ، ونزع مسحة الناصب بجميع ما اكتسبوا من السيئات فردها على أعدائنا ، وعاد كل شئ إلى عنصره الاول الذي منه ابتدأ ; أما رأيت الشمس إذا هي بدت ألا ترى لها شعاعا زاجرا متصلا بها أو بائنا منها ؟ قلت : جعلت فداك الشمس إذا هي غربت بدا إليها الشعاع كما بدا منها ، ولو كان بائنا منها لما بدا إليها . قال : نعم يا إسحاق كل شئ يعود إلى جوهره الذي منه بدا ، قلت : جعلت فداك تؤخذ حسناتهم فترد إلينا ؟ وتؤخذ سيئاتنا فترد إليهم ؟ قال : إى والله الذي لا إله إلا هو ; قلت : جعلت فداك أجدها في كتاب الله عزوجل ؟ قال : نعم يا إسحاق ; قلت : في أي مكان ؟ قال لي : يا إسحاق أما تتلو هذه الآية ؟ " أولئك الذين يبدل الله سيئاتهم حسنات وكان الله غفورا رحيما " فلم يبدل الله سيئاتهم حسنات إلا لكم والله يبدل لكم
(Berkata Imam mereka; Al-Baqir 'Alaihis Salam) : ”Wahai Ishaq (perawi riwayat) bukankah kau mengetahui dari mana kau diciptakan?" Aku berkata: ”Demi Allah aku tidak tahu, aku menjadi tebusanmu, kecuali engkau memberitahukan hal itu kepadaku." Maka Imam berkata: ”Wahai Ishaq, Sesungguhnya Allah Ta’ala ketika menyendiri dengan keEsaan-Nya, Dia memulai sesuatu dengan tanpa apapun, kemudian Dia mengalirkan air yang segar pada tanah yang baik selama tujuh hari tujuh malam, kemudian memisahkan tanah itu dari air. Kemudian Allah mengambil satu genggaman dari tanah yang bersih itu satu genggam tanah (thinah) yang kemudian Dia jadikan thinah kita, Thinah Ahlul Bait. Kemudian Dia ambil dari bawahnya satu genggaman (thinah) dan menjadikannya menjadi thinah Syi'ah kita. Kalaulah Allah Ta’ala membiarkan thinah Syi'ah tadi sebagaimana adanya, niscaya tidak ada salah seorang diantara mereka yang berzina, minum khomer, mencuri, homosex dan juga tidak akan melakukan seperti apa yang kamu sebutkan tadi. Akan tetapi Allah Ta’ala mengalirkan air yang asin pada tanah yang terlaknat selama 7 hari, lalu memisahkan air dari tanah itu, lalu Dia mengambil segenggam dari tanah itu, yaitu thinah yang terlaknat berwarna hitam dan berbau busuk, yaitu thinah musuh kita. Dan kalaulah Allah Ta’ala membiarkan thinah ini sebagaimana Dia mengambilnya niscaya kamu tidak akan melihat mereka berakhlak seperti manusia dan tidak akan bersyahadat, mereka tidak akan puasa, tidak akan shalat dan juga tidak akan melakukan haji. Akan tetapi Allah Ta’ala mencampur kedua air tadi, maka apabila kamu melihat dari saudaramu perkataan yang tidak baik, mereka melakukan zina, atau apapun seperti yang kamu sebutkan, mulai dari minum khomer dan yang lainnya, hakekatnya hal itu bukan dari asli mereka dan juga bukan dari iman mereka. Akan tetapi pada hakekatnya hal itu adalah pengaruh dari kaum Nashibi (maksudnya Ahlus Sunnah) yang melakukan keburukan sebagaimana yang kamu sebutkan. Adapun kebaikan-kebaikan yang dilakukan kalangan Nashibi (maksudnya Ahlus Sunnah), mulai dari akhlak yang baik, shalat, puasa, shodaqah, atau haji pada hakekatnya bukan merupakan asli mereka, akan tetapi merupakan pengaruh keimanan yang mereka dapatkan." Kemudian aku berkata: ”Aku menjadi tebusanmu, maka bagaimana nanti di hari Kiamat?" Dia berkata kepadaku: ”Wahai Ishaq, adakah Allah akan mengumpulkan kebaikan dan keburukan dalam satu tempat? Apabila datang hari kiamat, maka Allah akan mengambil berkas keimanan dari mereka kemudian dikembalikan kepada Syi'ah kita. Dan segala sesuatu akan kembali pada unsurnya yang pertama..." Kemudian aku bertanya: ”Apakah kebaikan mereka akan diambil dan dikembalikan kepada kita? Dan apakah keburukan kita akan dikembalikan kepada mereka?" Imam Berkata: ”Ya, Demi Allah yang tidak ada Ilah kecuali Dia." Aku kembali bertanya: "Aku menjadi tembusanmu, dapatkah aku menemukan yang demikian dalam Kitab Allah? Imam menjawab: "Iya wahai Ishaq". Aku bertanya lagi: "Pada tempat (bagian) yang mana?" Maka Imam berkata kepadaku: "Wahai Ishaq, adakah engkau telah membaca Ayat ini ? (yang artinya) : maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [Pertengahan dari Ayat ke 70 pada Surat Al-Furqan]. (Imam melanjutkan) maka Allah tidak akan mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan kecuali kepada kalian (Syi'ah). Dan Allah akan mengganti untuk kalian.
Scan :
- Banyak point yang bisa kita ambil dari riwayat di atas, yang diantaranya adalah bahwa orang-orang selain Syi'ah, khususnya Ahlus Sunnah diciptakan dari tanah yang busuk, kebaikan yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah hakikatnya bukanlah berasal dari Ahlus Sunnah melainkan pengaruh dari thinah Syi'ah, begitu pula maksiat-maksiat yang dilakukan oleh Syi'ah hakikatnya bukanlah berasal dari Syi'ah melainkan pengaruh dari thinah Ahlus Sunnah, ringkasnya di mata Syi'ah bahwa mereka adalah sumber kebaikan, sedangkan selain mereka adalah sumber dari kebusukan. Dan sebagaimana pada bagian akhir riwayat di atas dikatakan bahwa seluruh kebaikan-kebaikan dari selain mereka akan menjadi milik mereka dan seluruh maksiat-maksiat mereka akan ditimpakan kepada selain mereka, khususnya kita, yang kemudian maksiat-maksiat tersebut diganti dengan pahala untuk mereka berdasarkan penafsiran bathil mereka terhadap Pertengahan dari Ayat ke 70 pada Surat Al-Furqan.
Dan penafsiran demikian turut pula dinyatakan oleh Ayatusy-SYAITHAN Khomeini Az-Zindiq dalam kitabnya Al-Arba'un Haditsan. Pada hal. 510-511 disebutkan :
عن الشيخ في أماليه بإسناده عن محمد بن مسلم الثقفي قال : «سألت أبا جعفر محمد بن علي
الاربعون حديثاً 511
عليهما السلام عن قول الله عز وجل : « فأولئك يُبدّل الله سيئاتهم حسنات وكان الله غفورا رحيما »، فقال عليه السلام : يُؤتى بالمؤمن المذنب يوم القيامة حتى يُقام بمَوقف الحساب ، فيكون الله تعالى هو الذي يتولّى حسابه لا يُطلع على حسابه أحد من الناس ، فيُعرّفه ذنوبه حتى إذا أقر بسيّئاته قال الله عز وجل للكَتَبَة : بدّلوها حسنات وأظهروها للناس ، فيقول الناس حينئذ : ما كان لهذا العبد سيّئة واحدة ! ثم يأمر الله به إلى الجنة ، فهذا تأويل الآية ، وهي في المُذنبين من شيعتنا خاصّة»
كتاب أمالي الشيخ الطوسي ، المجلد 1 ، ص 70
Dari Syaikh dalam Amaliyahnya dengan sanadnya dari Muhammad bin
Muslim Ats-Tsaqafiy, berkata : "Aku bertanya kepada Abu Ja'far bin 'Ali
عليهما السلام mengenai Firman Allah (yang artinya) : "maka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang" [Pertengahan dari Ayat ke 70 pada Surat Al-Furqan].
Maka beliau menjawab "Orang beriman yang berdosa akan dibawa ke
penghakiman pada hari kiamat. Maka Allah Ta'ala yang akan menghakiminya
dan tidak akan ada manusia satu pun yang menyaksikan hisabnya. Lalu
Allah memberitahukan kepadanya dari dosa-dosanya. Dan ketika ia [yang
dihakimi] mengakui dosa-dosanya tersebut, Allah akan berkata kepada para
penulisnya: "Gantilah dosa-dosanya tersebut dengan kebajikan (Hasanat)
dan tunjukkanlah kepada manusia". Maka orang-orang pun berkata "Apakah
hamba ini tidak memiliki dosa walau satu pun?" Kemudian Allah
memerintahkannya untuk (masuk) ke Surga" Maka inilah ta'wil ayat tersebut. Dan ia [ayat tersebut / perkara di atas] adalah khusus untuk para pendosa dari Syi'ah kita." [Kitab Amali - Syaikh Ath-Thusi 1/70]
Ketika mengomentari riwayat di atas, khomeini mengatakan :
ومن المعلوم أن هذا الأمر يختص بشيعة أهل البيت ، ويحرم عنه الناس
الآخرون . لأن الإيمان ولا يحصل إلا بواسطة ولاية علي وأوصيائه من
المعصومين الطاهرين عليهم السلام ، بل لا يقبل الإيمان بالله ورسوله من دون
الولاية ، كما نذكر ذلك في الفصل التالي
"Dan dari yang telah diketahui bahwa
perkara ini adalah khusus untuk Syi'ah Ahlul Bayt dan DIHARAMKAN darinya
semua orang selain mereka (Syi'ah). Karena
Iman tidak terwujud kecuali dengan Wilayah / Imamah Ali dan kepada para
penerusnya dari Ma'shumin 'Alaihim As-Salam. Bahkan tidaklah diterima
Iman kepada Allah dan Rasul-Nya bila tanpa beriman kepada Wilayah. Sebagaimana kami akan menyebutkan hal tersebut dalam pasal selanjutnya."
Scan [Jika kurang besar, dapat diklik lalu dibuka pada new-tab kemudian di-zoom] :
- END -
No Response to "[Sekilas] Kebusukan Aqidah Thinah Agama Syi'ah"
Posting Komentar