MUNGKINKAH TAQRIB (PENDEKATAN) SUNNI-SYI'AH ?

KAPAN ISTILAH TAQRIB LAHIR?

Pada tahun 2006, perang kembali pecah antara Syi'ah Hizbullah Lebanon melawan Zionis, yang berlangsung selama 33 hari. Perang pertama pernah terjadi pada tahun 1982 antara Lebanon melawan Zionis.

Pasca perang ini, Syi'ah Lebanon kemudian memainkan sandiwara licik. Dengan membawa bendera 'muqawamah' (perlawanan kpd. Israel), mereka memelas kasihan dari Muslim-Sunni dunia. Seolah-olah mereka berkata: Wahai muslim dunia, tidakkah kalian saksikan kami melawan Israel? Bukankah kita semua memusuhi zionis? Bukankah sudah saatnya kita bersatu?

Maka, muncullah ide TQRIB/PENDEKATAN Sunni Syi'ah.

SIAPA PELOPORNYA ?

Ide ini dipelopori oleh beberapa tokoh Syi'ah seperti; Sayed Agha Boroujerdi, Kasyif al-ghitha', Baqir al-Shadr, Nawwab Shofawi, Muhsin al-Hakim, Ali Syari'ati, Muhammad Fadhlullah, dll. Ide tersebut kemudian disambut beberapa tokoh sunni, seperti; Mahmud Syaltut, Muhammad Abu Zuhrah, Hasanain Makhluf, Musthafa Abdur Razzaq, Yusuf al-Qardhawi, dll. Meski, pada tahap selanjutnya beberapa tokoh ini mundur teratur.

Ide TAQRIB sendiri lahir di Mesir, setelah kedua kubu mengadakan dialog, dan hasilnya diambil kesimpulan bahwa ternyata tidak ada perbedaan signifikan antara Sunni-Syi'ah, sebab sama-sama memilki Al-Qur'an dan Nabi yang sama.

Perbedaan tersebut juga hanya dalam masalah furu'iyah, sedang dalam masalah ushul kita sama kecuali masalah wilayah dan imamah Ali.

Jika melihat tokoh-tokoh pelopor TAQRIB ini, khususnya kalangan sunni, kita tentu tidak meragukan kapasitas keilmuan mereka. Tetapi, mengapa mereka bisa kecolongan?

APA MASALAHNYA?

Masalahnya adalah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak saat itu, yaitu Al-Azhar (Mahmud Syaltut,Cs) dan Syi'ah Iran (Sayed Agha Boroujerdi, Cs), untuk membangun persatuan Islam, dan 'melupakan' perbedaan yang ada. Biarlah kita berpegang pada keyakinan masing-masing, dan mencari titik temu.

Tentu, ulama Islam dunia lainnya, tidak sepakat dengan terobosan ini, sehingga TAQRIB menjadi KONTROVERSI di kalangan internal Sunni. Meski demikian, saat itu Al-Azhar tetap maju, malah bersama dengan utusan Iran (Muhammad Taqiy al-Qummi) mereka mendirikan Dar al-Taqrib.

GAGAL DAN GAGAL LAGI !

TAQRIB Sunni-Syi'ah yang sudah diusahakan sejak lama tidak kunjung membuahkan hasil. Justru sebaliknya, Dar Taqrib malah menajdi pusat penyebaran ajaran Syi'ah. Demi mengusung taqrib mazhab Fiqih Ja'fari-Imamiyah menjadi legal di Al-Azhar, bahkan skripsi atau thesis Fiqih muqaran (Perbandingan mazhab) harus menyertakan pendapat mazhab Ja'fari.

Syi'ah semakin berkembang di Mesir. Taqrib berubah menjadi Syi'asiasi/Rafidhisasi masyarakat Sunni, dan Dar Taqrib menjadi pusat pembelajaran tafsir, fiqih, dan ushul Syi'ah.

Fakta ini kemudian disadari oleh sebagian ulama Mesir, maka kritik pun bermunculan dari semisal Syaikh Abdul Lathif al-Subki, Muhammad Arafat, Syaikh Ali Thanthawi, Muhammad Rasyid Ridha, Musthafa Siba'i, Abdul Mun'im al-nimr, dll.

MENGAPA HANYA DI NEGARA SUNNI?

Pertanyaan ini benar-benar mengungkap skenario buruk Syi'ah. Pusat-pusat Taqrib dan muktamar 'persatuan' hanya ada di negara-negara sunni, dan tidak ada di negara Iran. Beranikah mereka mendirikan pusat Taqrib di Iran, untuk mengadakan Taqrib dengan sunni Ahwaz, Blushistan, dan sunni Kurdi?

Jadi jelas sekali, istilah taqrib Syi'ah, sama dengan istilah Terroris Amerika. Yang dicetuskan hanya demi membela dan memuluskan propaganda mereka.

KONFLIK SUNNI-SYI'AH SANGAT MUDAH DISELESAIKAN !

Sebenarnya, sangat mudah mengakhiri konflik berkepanjangan Sunni-Syi'ah. Jika syi'ah siap melakukannya dengan syarat-syarat berikut :

1. Seluruh Syi'ah dunia, melalui perwakilan masing-masing menandatangani pernyataan bahwa Al-Qur'an/Mushaf Utsmani yang ada sekarang asli, otentik, dan tidak ada perubahan. Syi'ah harus berlepas diri, dan siap mengadili siapa saja dari tokoh Syi'ah yang mengatakan Al-Qur'an tidak asli atau telah diubah.

2. Seluruh Syi'ah dunia, melalui perwakilan masing-masing siap menandatangani pernyataan berlepas diri dari semua referensi, baik ulama maupun kitab Syi'ah, yang mencaci, melaknat, dan mengkafirkan sahabat serta Isteri-isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Selanjutnya siap menjatuhkan sanksi kepada siapa saja yang berani mengulanginya.

3. Menandatangani perjanjian untuk tidak menebarkan ajaran syi'ah di tengah masyarakat sunni, di manapun mereka berada.

4. Mengakui keabsahan Khilafah Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiyallahu 'anhum.

5. Siap berdiskusi dan berdialog bersama, guna menyelesaikan segala perbedaan pendapat dalam masalah ushuliyah seperti rukun iman, rukun Islam, taqiyah, dan masalah furu'iyah seperti nikah mut'ah, mengusap al-Khuff dalam safar. Dengan menjadikan Al-Qur'an serta hadits shahih sebagai referensi utama.

Sebaliknya, kaum Sunni dunia, melalui perwakilan masing-masing, siap menandatangani pernyataan untuk tidak memusuhi ahlu bait Rasulillah. Siapa saja Ahlus Sunnah yg melanggar hal tersebut maka harus diberi sanksi. Sekeras-kerasnya. (Ini, disebabkan syi'ah menuduh siapa saja mencintai Abu Bakar dan Umar, adalah Nashibi; musuh ahlul bait).

Kami yakin, kaum Sunni siap 100 %, tetapi kami ragu, syi'ah bisa memenuhi syarat-syarat di atas.

TAQRIB/PENDEKATAN SUNNI-SYI'AH TAK MUNGKIN ALIAS MUSTAHIL

1400 tahun sudah berlalu, dan konflik Sunni-Syi'ah masih terus berlanjut. 29 tahun lebih usaha Taqrib berjalan, berbagai kesepakatan telah ditandatangani, seperti RISALAH AMMAN, pusat-pusat Taqrib juga telah didirikan.

Namun, kesepkatan hanya menjadi sekedar selebaran yang tiada berarti. Penindasan dan pembantaian Ahlus Sunnah terus berlanjut, dan Syi'ah selalu menjadi dalangnya. Baik bermain di balik layar seperti penghancuran Taliban-Afghanistan, maupun sebagai aktor utama, seperti di Iran, Irak, dan Suria.

Caci maki, laknat, dan pengkafiran sahabat dan Isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga masih terus berlanjut. Bahkan telah telah sampai ke negri tercinta Indonesia.

Jika para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, ulama empat mazhab, dan ulama Islam lainnya tidak pernah berpikir apalagi berusaha TAQRIB SUNNI-SYI'AH, maka apakah kita bisa melakukannya?

Itu semua disebabkan mereka sadar, bahwa perbedaan antara Sunni-Syi'ah adalah perbedaan dalam ushul aqidah dan idelogi, yang tak mungkin DIDEKATKAN, apalagi disatukan !

KESIMPULAN

Maka, sebaiknya istilah TAQRIB SUNNI-SYI'AH dipeti es-kan saja, kemudian dikubur di gudang bawah tanah. Suatu saat, jika ada tokoh hebat yang siap memulai lagi, maka peti tersebut bisa kita gali lagi.

Jika, seluruh ahlus sunnah sudah sepakat dan setuju taqrib Sunni-syi'ah, barulah ide tersebut dilanjutkan.

DAN, BUKANKAH SUDAH SAATNYA, KITA MEMPERJUANGKAN TAQRIB DAN PERSATUAN SESAMA AHLUS SUNNAH ?!

Ket. Photo di atas : Senyum manis Mujahid al-Ahwaz, sebelum digantung oleh rezim Syi'ah-Iran. 

-----oOo-----




Related Posts

No Response to "MUNGKINKAH TAQRIB (PENDEKATAN) SUNNI-SYI'AH ?"

Posting Komentar