Ash-Shaduq Di Mata Ihsai Dan Bahai

Para pemeluk agama Syi'ah berkeyakinan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah lupa. Mereka menyerang siapa pun yang menyelisihi keyakinan mereka tersebut dan mereka menuduh bahwasanya Kita telah menghina Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bilamana Kita mengatakan bahwa Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam pernah lupa.

Namun sangat sedikit sekali dari para pemeluk agama Syi'ah yang mengetahui bahwasanya ulama mereka menyembunyikan banyak hal dari mereka yaitu terdapat ulama-ulama besar mereka yang meyakini sifat lupa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam seperti pemaparan berikut.

Ibn Babwaih Al-Qummi (Ash-Shaduq) menyatakan dalam kitabnya Man La Yahdhuruhu Al Faqih 1/360 :

وكان شيخنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رحمه الله يقول: أول درجة في الغلو نفي السهو عن النبي صلى الله عليه وآله، ولو جاز أن ترد الاخبار الواردة في هذا المعنى لجاز أن ترد جميع الاخبار وفي ردها إبطال الدين والشريعة 

Dan bahwasanya guru kami Muhammad bin Al-Hasan bin Ahmad bin Al-Walid berkata : tingkat awal keghuluwan adalah menafikan (mengingkari) sifat lupa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Aalih. Dan seandainya diperbolehkan untuk menolak khobar-khobar dengan makna ini maka menjadikan boleh pula untuk menolak keseluruhan khobar. Dan penolakannya tersebut membatalkan Dien dan Syari'at.

Setelah menukil dari gurunya, Ash-Shaduq menjelaskan :

وأنا أحتسب الاجر في تصنيف كتاب منفرد في إثبات سهو النبي صلى الله عليه وآله والرد على منكريه إن شاء الله تعالى 

Dan aku berharap pahala dalam penulisan kitab tersendiri (khusus) dalam hal penetapan mengenai sifat lupa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Aalihi, dan bantahan terhadap mereka yang mengingkarinya. Insya Allahu Ta'ala.

Pada hal. 359, dia berkata :

إن الغلاة والمفوضة لعنهم الله ينكرون سهو النبي صلى الله عليه وآله ويقولون: لو جاز أن يسهو عليه السلام في الصلاة لجاز أن يسهو في التبليغ 

Sesungguhnya kaum ghulat dan mufawwidhah, Allah melaknat mereka, mereka mengingkari lupanya Nabi Shallallaahu 'Alahi Wa Aalih, dan mereka mengatakan : jika dibolehkan Nabi lupa di dalam shalatnya, maka boleh juga lupa di dalam tabligh, karena baginya shalat adalah kewajiban sebagaimana tabligh.

Mari kita lihat bagaimana respon dua Syaikh Syi'ah terhadap keyakinan Ash-Shaduq.

Husain Muhammad Al-Mazhlum dalam الشيخ الخصيبي (lihat juga Muqaddimah Man ​​la Yahdhuruhu Al Faqih 1/70) dikutip dari Al-Hasan Al-Musawi Al-Khurasani:

ونقل عن البهائي رحمه الله أنه قال: الحمد لله الذي قطع عمره ولم يوفقه لكتابة مثل ذلك. ونقل عن الشيخ أحمد الاحسائي أنه قال: الصدوق في هذه المسألة كذوب 

Dan telah dinukil dari Asy-Syaikh Al-Bahai sesungguhnya beliau berkata (mengenai Ash-Shaduq) : "Segala Puji Bagi Allah Yang Telah Memutuskan umurnya dan tidak memberikan kepadanya Taufiq untuk menulis hal tersebut". Dan telah dinukil dari Asy-Syaikh Ahmad Al-Ahsai sesungguhnya beliau berkata : "Ash-Shaduq dalam permasalahan ini adalah Pendusta."

Dalam Al-Khashaish Al-Fathimiyyah juga disebutkan mirip dengan pernyataan di atas


Dalam Muqaddimah Kitab Man La Yahdhuruhu Al Faqih; yang Syaikh mereka Al-'Allamah Muhammad Jawad Al-Faqih menyatakan seperti berikut :

مقدمة كتاب من لايحضره الفقيه – ج 1 – ص 70

9/ جواز السهو على النبي (ص) وسماه اسهاء من الله تعالى تبع في رايه ذلك شيخه محمد بن الحسن بن الوليد وتبعه على رأيه ذلك الشيخ الطبرسي في مجمع البيان كما نقل عنه التنكانبي في قصص العلماء والسيد الجزائري في الانوار النعمانية وفخر الدين الطريحي في مجمع البيان مادة (بدا) والمحقق الفيض الكاشاني في الوافي على مايظهر من كلامه ونقل عن الشيخ البهائي رحمه الله انه قال : ( الحمد لله الذي قطع عمره ولم يوفقه لكتابة مثل ذلك ) ونقل عن الشيخ أحمد الاحسائي انه قال : ( الصدوق في هذه المسألة كذوب ) ولايخلو قولهما من سوء ادب نربأ بامثالهما عن ذلك ونسأل الله العصمة والتوفيق . . . أ.هـ
 

Pembolehan adanya lupa terhadap Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Aalihi; dari mereka yang berpendapat demikian adalah Muhammad bin Al-Hasan bin Al-Walid dan yang mengikuti pendapatnya tersebut yaitu Asy-Syaikh Ath-Thabrasi dalam Majma' Al-Bayan sebagaimana mengambil dari pendapatnya itu yakni Syaikh At-Tinkanbi dalam Qashash Al-'Ulama, lalu As-Sayyid Al-Jazairy dalam Al-Anwar An-Nu'maniyyah, kemudian Fakhruddin Ath-Tharihi dalam Majma' Al-Bayan, dan Al-Muhaqqiq Al-Faydh Al-Kasyani dalam Al-Wafi. Dan telah dinukil dari Asy-Syaikh Al-Bahai sesungguhnya beliau berkata (mengenai Ash-Shaduq) : "Segala Puji Bagi Allah Yang Telah Memutuskan umurnya dan tidak memberikan kepadanya Taufiq untuk menulis hal tersebut". Dan telah dinukil dari Asy-Syaikh Ahmad Al-Ahsai sesungguhnya beliau berkata ; "Ash-Shaduq dalam permasalahan ini adalah Pendusta". Tidaklah bersih perkataan mereka berdua dari adab yang buruk. Dan kami tidak mengharapkan hal ini dari orang-orang yang semisal mereka... [Muqaddimah Kitab Man La Yahdhuruhu Al Faqih 1/70]

[Buka pada Tab baru agar Scan menjadi lebih besar]



Jadi berdasarkan pemaparan di atas, beberapa ulama besar Syi'ah meyakini bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam dapat lupa, dari mereka yang berkeyakinan demikian adalah:

1 - Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Babwaih (Ash-Shaduq).
2 - Muhammad bin Al-Hasan ibn Al-Walid.
3 - Al-Fadhl Ath-Thabrasi.
4 - Ni'matullah Al-Jazairy.
5 - Fakhrud-Din Ath-Tharihi.
6 - Al-Faydh Al-Kasyani.


Kami juga melihat adanya ulama Syi'ah yang berdo'a dan bersyukur kepada Allah karena telah mengakhiri hidup Ash-Shaduq sebab mereka tidak setuju terhadapnya dalam hal aqidah.


-----oOo-----


Related Posts

1 Response to Ash-Shaduq Di Mata Ihsai Dan Bahai

9 Agustus 2012 pukul 22.54

HR Bukhary :

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ 75.4/6708. Telah menceritakan kepada kami Hafs bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu'bah Al Hakam dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Abdullah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami shalat zhuhur sebanyak lima rakaat, maka beliau ditegur 'Apakah shalat sekarang ditambah? ' Nabi bertanya: 'Memang berapa shalatku? ' para sahabat menjawab, Lima rakaat, maka beliau sujud dua kali setelah mengucapkan salam.

Posting Komentar