Tema ini secara khusus diperuntukkan bagi
siapapun yang memiliki cara pandang yang kritis mengenai pembagian
kelompok syiah di dalam menjalankan dakwahnya. Syiah biasanya terbagi
menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok memiliki tujuan yang
sama. Namun, kelompok kedua lebih berbahaya, tokoh yang termasuk ke
dalam kelompok ini yaitu Khomenei. Khomenei memiliki keyakinan dan niat
yang sangat jahat di dalam hatinya, namun yang yang nampak keluar
sebaliknya. Dia berbicara mengenai “Persatuan” dan “Cinta” antara syiah
imamiyah dan Ahlussunnah. Namun terkadang “topeng indah” ini tersingkap
oleh tokoh lain dari kalangan syiah sendiri. Seperti yang pembaca
ketahui bahwa syiah dalam bentuk aslinya tidak akan mampu menyebar
kepada muslim lainnya (Ahlussunnah) dan non muslim. Inilah sebab utama
mereka menyembunyikan hakikat asli ajarannya.
Syiah harus mengelabui manusia hingga
sampai ke bawah kulitnya agar memperoleh kepercayaan dan loyalitasnya,
kemudian setelah itu barulah memuntahkan racun ajarannya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (Al-Ahzab: 39)
Imam syiah terbiasa melakukan dusta dan
taqiyyah yang seakan-akan mereka tidak pernah membaca ayat ini,
sepertihalnya yang bisa ditemukan di hadist-hadist dusta dan taqiyyah
yang dinisbatkan oleh syiah kepada para imam dan Demi Allah, mereka
(para imam) tidak bersalah sama sekali atas tuduhan ini. Namun agama
syiah lah yang memilih untuk mengambil jalan yang penuh kedustaan.
Beberapa tokoh ‘ulama syiah yang akan kita lihat di contoh berikut, mereka begitu malu untuk terbuka di dalam menyampaikan “Pesan Allah” dan lebih memilih untuk menyembunyikannya. Yang kita maksud dengan “Pesan Allah” dalam ajaran syiah ini yaitu melaknat dan memfitnah Abu Bakar dan ‘Umar radhiallahu’anhuma
dan para pengikut mereka (Ahlussunnah). ‘Ulama dan Muhaddits Syiah,
Yusuf al-Bahrani mengomentari apa yang telah ditulis di dalam kitab
‘ulama dan muhaddist syiah yang lainnya, yaitu Ni’matullah al-Jazaari
tentang ‘Ulama besar Syiah Safavid yaitu ‘Ali bin al-Hussein al-Karaki.
Berikut ini adalah kutipannya di dalam kitab Lulu al-Bahrain (hal 148)
قال مولانا السيد نعمة الله الجزائري في صدر كتابه شرح غوالي
الئالي … وكان رحمه الله لا يركب ولا يمضي إلا والباب يمشي في ركابه
مجاهراً بلعن الشيخين ومن على طريقتهما
Berkata Maulana al-Sayyid Ni’matullah
al-Jazaari di dalam awal kitabnya Syarh ghawaali al-Laalii, “Dan dia
(‘Ali bin al-Hussein al-Karaki), tidak pernah mengendarai kudanya atau
berjalan kecuali dia menyuruh pembantunya berjalan di depannya untuk
melaknat dua orang syaikh (Abu Bakar dan ‘Umar) dan melaknat orang2 yang
mengikuti jalan mereka berdua (syaikhain)”
Inilah yang kita lihat pada saat syiah berada pada posisi yang sangat kuat (era Savafid) dan semestinya mereka mengatakan “Pesan Allah”
dengan lantang, namun ‘Ali bin al-Hussein al-Karaki masih menggunakan
orang lain untuk meyampaikan “Pesan Allah” yaitu melaknat shahabat
rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam, Inilah bentuk kebencian yang
sangat mendalam. Dan Yusuf al-Bahrani mengkritik al-Jazaari yang telah
membuka topeng ‘ulama besar ‘Ali bin al-Hussein al-Karaki karena hal ini
dapat membahayakan bagi banyak penganut syiah yang tinggal di Negara
Islam. Dia berkata:
أقول: إن ما نقله عن الشيخ المزبور من ترك التقية والمجاهرة بسب الشيخين خلاف ما استفاضت به الأخبار عن الأئمة الأخيار الأبرار عليهم السلام ، وهي غفلة من شيخنا المشار إليه إن ثبت النقل المذكور ، وقد نقل السيد المذكور أن علماء الشيعة في مكة المشرفة كتبوا إلى علماء أصفهان من أهل المحاريب والمنابر : أنكم تسبون أئمتهم في أصفهان ونحن في الحرمين نُعذَّب بذلك اللعن والسب ، انتهى ، وهو كذلك
"Sesungguhnya apa yang syaikh (al-Jazaari ) katakan kepada kita tentang meninggalkan taqiyyah dan secara terbuka melaknat 2 syaikh bertentangan dengan hadist yang tidak terhitung jumlahnya dari para Imam (as), Ini adalah kesalahan syaikh jika ajaran kita ini terungkap. Dan Sayyid juga menyebutkan bahwa ‘Ulama syiah di Makkah menulis surat kepada ‘Ulama syiah di Isfahan yang isinya: “Kamu melaknat dan menghina Imam mereka di Isfahan dan kami di Makkah dan Madinah harus menghadapi murka mereka”. Dan ini memang akan terjadi”
Sumber: Lulu al-Bahrain halaman 147 oleh Yusuf al-Bahrani
Karena banyak dari Hadist Syiah yang
isinya melaknat 3 khalifah pertama tidak dengan menyebutkan langsung
namanya, melainkan dengan kata ganti “Yang pertama dan yang kedua” atau “Fulan dan Fulan”.
Untuk tujuan taqiyyah biasanya nama mereka tidak disebutkan secara
terbuka, namun bagi siapapun yang telah familiar dengan ajaran syiah
bahkan bagi orang awam akan tahu pasti tentang siapa orang yang sedang
dibicarakan. Berikut contoh dari hal ini:
‘Ulama besar syiah Iran yang bernama
Muhammad Baqir al-Majlisi yang hidup di wilayah Persia Safavid tidak
menggunakan Taqiyyah melainkan menyatakan dengan jelas siapa sebenarnya
orang yang disebut sebagai “Yang pertama dan Yang kedua”
al-Qummi menulis dalam tafsirnya 2/107: Dari al-Hassan bin ‘Ali dari Salin bin Sa’ad: Aku mendengar Abu ‘Abdullah (AS) menjelaskan Firman Allah: Surah an-Nur ayat 40: (Atau seperti
gelap gulita) yaitu Fulan dan Fulan, (di lautan yang dalam yang diliputi
oleh ombak) yaitu Na’athal, (yang di atasnya ombak pula), yaitu Talha
dan Zubair, (di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih)
yaitu Mu’awiyah dan Yazid dan Fitnah Bani Umayyah, (apabila dia
mengeluarkan tangannya) di dalam kegelapan Fitnah mereka, (tiadalah dia
dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk)
oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun) artinya para Imam
dari keturunan Fatimah (as), dia tidak memperoleh cahaya dari para Imam
yang akan membimbingnya pada hari Pembalasan.
Al-Majlisi mengomentari hadist di atas yang ditulis pendahulunya di dalam Biharal-Anwar 32/306. Yang dimaksud “Fulan dan Fulan” adalah Abu Bakar dan ‘Umar, dan “Na’athal” adalah ‘Utsman,
musuhnya menyebutnya Na’athal yaitu dengan menyerupainya dengan seorang
syaikh yang mempunyai jenggot panjang yang ada di Mesir, hal ini
digunakan untuk mengatakan seorang itu IDIOT, dan juga dapat diartikan
sebagai serigala (Hyena) jantan.
Al-Kulaini meriwayatkan di dalam al-Kafi 8/334: Muhammad
bin Ahmad al-Qummi dari pamannya ‘Abdullah bin al-Salt dari Yunus bin
‘Abdurrahman dari ‘Abdullah bin Sinan dari Hussein al-Jammal dari abu
‘Abdullah (As) mengenai Firman Allah di surah Fushshilat ayat 29: “Ya
Rabb kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah
menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar kami
letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu
menjadi orang-orang yang hina”. Dia berkata: Ini adalah Mereka,
kemudian dia berkata: dan Fulan adalah Iblis.
Al-Majlisi berkata di kitabnya Bihal al-Anwar 30-207: Siapa yang disebut “Fulan” adalah ’Umar artinya Jin yang disebutkan di dalam surah itu adalah ‘Umar.
Dia menyebutkan ini kepadanya karena dulunya dia (‘umar) adalah iblis,
karena dia berasal dari iblis sebagaimana dia adalah Anak hasil zina,
atau karena dia (‘Umar) seorang penipu dan pendusta seperti iblis, dan
juga memungkinkan yang dimaksud “Fulan” disini adalah Abu Bakar.
Banyak ‘Ulama syiah yang tidak menyukai
jika keyakinan mereka terungkap dengan cara ini. Grand Ayatulla Muhammad
Asif al-Muhsini mengkritik al-Majlisi tentang ini karena jika dia
menyebutkan nama dengan jelas akan membahayakan syiah dan akan membuat
ummat Islam (Ahlussunnah) membenci mereka. Al-Muhsini berkata di dalam
kita Mashara’at Bihar al-Anwar 1/167:
لم يمسك المؤلف رحمه الله قلمه عن السب ، والتفسيق ، والتكفير ، والطعن في جملة من أجزاء بحاره بالنسبة إلى قادة المخالفين ، والله يعلم أنها كم أضرَّت بالطائفة نفساً وعرضاً ومالاً ، على أنه هو الذي نقل الروايات الدالة على وجوب التقية وحرمة إفشاء الأسرار ، وأصرَّ على التصريح بمرجع ضمائر التثنية في الروايات مع أن عوام المؤمنين يعرفونه فضلاً عن خواصهم فأي فائدة في هذا التفسير سوى إشعال نار الغضب والغيض والانتقام ؟ ولا أظنه قادراً على بيان جواب معقول على سلوكه هذا
Penulis (Al-Majlisi) tidak menahan penanya dari pencelaan, tafsiq, takfir, dan penghinaan pada kitabnya biharul anwar kepada para pemimpin mukhalifin (orang-orang yang menyelisihi syi’ah yakni Ahlus Sunnah), dan Allah maha tahu seberapa banyak hal ini akan membahayakan syiah dari banyak jalan, Juga dia telah menyebutkan tentang hadist yang menyatakan bahwa kita harus memegang teguh taqiyyah dan adalah terlarang untuk mengungkap rahasia, namun dia bersikeras dengan lantang menjelaskan tentang “kata-kata ganti” yang ada di hadist tersebut. Meskipun orang awam pun dari orang-orang yang beriman (Syiah) mengetahui maknanya dan juga demikan para ‘ulama. Lalu apa untungnya yang kita dapatkan dari penjelasannya selain memicu kemarahan dan balas dendam? Saya tidak percaya ia memiliki alas an yang sah atas apa yang dia lakukan.
Sumber:
-----oOo-----
Source : http://meleksyiah.wordpress.com/2012/06/11/ulama-syiah-membuka-topeng-taqiyyah-ulama-lainnya/
No Response to "‘Ulama Syiah Membuka Topeng "Taqiyyah" ‘Ulama Lainnya"
Posting Komentar