Berawal dari penafsiran ayat Tathhir oleh syi’ah, dimana ayat tersebut diyakini sebagai dalil pensucian ahlul bait. Dan ahlal bait dalam ayat tersebut ditujukan hanya kepada ahlul kisa, dengan menafikan isteri-isteri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Beberapa pandangan yang menyatakan hal tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam pembahasan ini kami akan membuktikan bahwa penafsiran ini keliru, yang benar adalah Al Ahzab 33 turun untuk Ahlul Kisa’ yaitu Nabi SAW, Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Tentu saja kami akan membawakan riwayat-riwayat shahih yang menjadi bukti kejahilan mereka.
http://secondprince.wordpress.com/2010/02/24/hadis-yang-menjelaskan-siapa-ahlul-bait-yang-disucikan-dalam-al-ahzab-33/
Berdasarkan riwayat dari Aisyah, Ummu Salamah, Abu Sa’id Al-Khudri dan Anas bin Malik, ayat ini turun hanya untuk lima orang, yaitu Rasulullah SAWW, Ali,Fathimah, Hasan, dan Husein as
http://al-shia.org/html/id/page.php?id=148
Dari penafsiran tersebut timbul pertanyaan, “Lantas bagaimana dengan imam-imam selain ahlul kisa’, bukankah mereka juga diyakini ma’shum ? Lantas, apa dalilnya ?”
Setelah melakukan sedikit “interview”, muncul sebuah jawaban, yaitu satu “hadits” yang diriwayatkan dari abdullah bin abbas dari rosulullah saww bahwasanya beliau bersabda, "Aku, ali, al hasan, al husein dan sembilan imam dari keturunan al husein adalah org2 yg maksum dan disucikan (dr sgala dosa dan kesalahan).
(yanabi'ul mawadah: 124).
Kemudian
dalil juga diperkuat dengan mengatakan bahwa penulis kitab Yanabi’ul
Mawaddah adalah ulama’ Sunni, dengan memberikan pernyataan sebagai
berikut :
baca ini profile qunduzi: Selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman al Qunduzi al Balkhi al Hanafi, yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif dibalik semua itu ?...dst...
Untuk lengkapnya kontoversi biografi Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi bisa dilihat di situs answering ansar :
Kalau
melihat artikel dari answering-ansar.org tersebut, alasan utama mereka
mengatakan al-Qunduzi sebagai ulama’ sunni adalah dari namanya.
First of all it should be noted that Nawasib deliberately hide the complete name/description of Shaykh Qandozi mentioned by Aqa Tahrani which is ‘Suleman bin Ibrahim al-Hanafi al-Qandozi’
Sebetulnya
agak aneh bersikeras menilai keyakinan seseorang hanya berdasarkan
namanya. Dan kenyataannya, tidak selamanya orang yang bergelar al-Hanafi
selalu mempunyai aqidah ahlus sunnah.
ميزان الاعتدال 4|171 برقم 8736
مفضل بن محمد بن مسعر القاضى، أبو المحاسن التنوخى الحنفي.
معتزلي شيعي مبتدع.
حدث عنه الشريف النسيب
Di
dalam mizanul I’tidal disebutkan seseorang yang bernama Mufadhdhal bin
Muhammad, bergelar al-Hanafi, tetapi disebut sebagai mu’tazili, syi’i
dan ahli bid’ah.
Selanjutnya, bukti-bukti yang
disertakan dalam artikel answering-ansar.org tersebut tidak ada yang
secara jelas menyebutkan aqidah al-Qunduzi. Oleh karena itu lebih baik
langsung meluncur saja ke TKP, yaitu kitab Yanabi’ul Mawaddah, untuk
melihat sumber riwayat hadits yang disebut berasal dari Ibnu Abbas
(radhiallahu ‘anhu).
Di dalam Yanabi’ul Mawaddah juz 3 disebutkan 2 riwayat terkait dg bahasan ini, yang dimarfu’kan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
Aku dan ‘Ali dan al-Husain dan al-Hasan dan sembilan putera al-Husain adalah tersucikan dan ma’shuumuun.
Berikut teks lengkapnya.
1 - وعن ابن عباس (رضي الله عنهما) قال: سمعت رسول الله (ص) يقول: أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون..
Riwayat pertama
ini terdapat catatan kaki yang menunjukkan sumbernya, yaitu ‘Uyunul
akhbar ar-Ridha. Sebagaimana diketahui kitab tersebut adalah buah tangan
Syaikh Shaduq (Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih
al-Qummi).
2 -وفيه: عن الاصبغ بن نباتة، عن ابن عباس رفعه: أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون.
Riwayat kedua
ini berdasarkan BAB-nya, adalah kumpulan riwayat tentang al-Mahdi yang
terdapat dalam Ghayatul maraam (al-Bahraani). Kemudian dengan melihat
riwayat yang tersebut diatasnya, terlihat bahwa riwayat tersebut
diambil juga dari Fara’id as-Simthin (al-Juwaini). Untuk ghayatul
Maraam, jelas itu adalah sumber Syi’ah, penulisnya adalah sayyid Hasyim
al-Bahrani, pemilik al-Burhan fi tafsir al-Qur'an. Sedangkan al-Juwaini
ini statusnya sama seperti al-Qunduzi, yaitu disebut-sebut sebagai
ulama’ sunni.
Oleh karena itu mari kita lihat dalam Fara’id as-Simthin Juz 2. Dalam bab Fii Ishmah al-A’immah min Aal Muhammad Shallallahu ‘Alaihim Ajma’in, setelah menyebutkan beberapa nama ulama’ :
قالوا كلّهم : أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن عليّ بن بابويه القمّي(3) قال : أخبرنا علي بن [ محمد بن ] عبد الله الوراق الرازي ، قال : أخبرنا سعد بن عبد الله
قال : أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي عن الحسين بن علوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن الأصبغ بن نباتة :
عن
عبد الله بن عباس ، قال : سمعت رسول الله (صلّى الله عليه وسلّم) يقول :
أنا وعليّ والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهّرون معصومون
Kalau
melihat riwayat dalam fara’id as-simthin diatas, justru jelas
disebutkan bahwa sumber riwayat tersebut adalah Syaikh Abu Ja’far
Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau dikenal juga dengan Syaikh
Shaduq.
Untuk klarifikasi, mari kita lihat Kamaluddin-nya syaikh Shaduq :
كمال الدين و تمام النعمة
ابي جعفر محمدبن علي بن الحسين بن بابويه القمي المعروف بالشيخ الصدوق
(305 - 381ه)
حدثنا
علي بن عبد الله الوراق الرازي قال : حدثنا سعد بن عبد الله قال : حدثنا
الهيثم بن أبي مسروق النهدي ، عن الحسين بن علوان ، عن عمر ابن خالد ، عن
سعد بن طريف ، عن الاصبغ بن نباته ، عن عبد الله بن عباس قال : سمعت رسول
الله صلى الله عليه وآله يقول : أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد
الحسين مطهرون معصومون
Sekarang mari kita lihat Ghayatul Maraam :
قالوا كلهم: أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن علي بن بابويه القمي
رضي الله عنه قال: أخبرنا علي بن عبد الله الوراق الرازي قال: أنبأنا سعد
بن عبد الله قال: أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي، عن الحسن بن علوان،
عن عمر بن خالد، عن سعيد بن طريف عن الأصبغ بن نباتة، عن عبد الله بن عباس
قال: سمعت رسول الله (صلى الله عليه وآله) يقول: " أنا وعلي والحسن والحسين
وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون
Teks
dari Ghayatul Maraam sama persis dengan yang ada di Fara’id as-Simthin.
Tidak aneh, karena dari catatan kakinya memang disebutkan bahwa
sumbernya adalah Fara’id as-Simthin.
Setelah kita melihat
sumber- sumber yang digunakan oleh penulis Yanabi’ul mawaddah, jelas
sekali bahwa literatur yang ada adalah milik Syi’ah. Jadi
intinya, sepanjang-panjangnya mulut, dengan berbagai alasan untuk
mengatakan al-Qunduzi sebagai ulama’ Sunni adalah tidak ada gunanya, toh
sumber riwayat yang ada ujung-ujungnya adalah Syaikh Shaduq.
Terakhir,
sedikit lagi tambahan, sudah kepalang tanggung. Kita lihat lagi riwayat
Ibn 'Abbas diatas, kita lihat dari si empunya saja yaitu yang ada di
Kamaluddin :
حدثنا علي بن عبد الله الوراق الرازي
قال : حدثنا سعد بن عبد الله قال : حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي ، عن
الحسين بن علوان ، عن عمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن الاصبغ بن نباته
، عن عبد الله بن عباس قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله يقول :
أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون
Perhatikan sanadnya, siapakah ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq ar-Raaziy ? Di dalam kitab al-mufid min mu’jam ar-rijal al-hadiits Muhammad al-Jawaahiriy ternyata ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq adalah majhul.
الصحيح ما في الطبعة الحديثة وهو علي بن عبد الله الوراق الرازي " المجهول الآتي 8292 " كما روى في الفقيه بهذا العنوان عن سعد بن عبد الله
Kesimpulannya,
riwayat dari Ibnu ‘Abbas tersebut jelas bersumber dari literatur
Syi’ah, dan sanadnya sendiri ternyata cacat (menurut kitab al-mufid
mu’jam ar-rijal al-hadiits, ringkasan dari mu’jam rijal al hadiits
al-Khu’i).
Dan akhirnya, pertanyaan "Dalil apakah yang menjelaskan kema’shuman 12 imam Syi’ah diluar ahlul Kisaa’ ?"
Bersambung Disini.
No Response to "Yanabi'ul Mawaddah : Kitab Sunni Atau Syi'ah?"
Posting Komentar